Selasa, 24 Maret 2009

Cops, huh..


Pak Pulisi Pak Pulisi, knapa si lu sering gangguin idup gue...what did i do to you?

Kmaren, gue pulang rada malem dengan keadaan jasmani sedang mengalami gejala 5L (everything that starts with the letter L, terserah d apaan). Dari kuningan, gue meluncur menuju Imam Bonjol, jalan yang udah rutin gue lewatin tiap pulang kantor. Setop di perempatan krn lampu merah. Mata gue yang emang sayu, udah males melek. Posisi gue n Dora waktu itu ada di urutan kedua, jadi depan gue ada 1 mobil. Tiba2 tanpa Ba Bi Bu Be Bo, tu mobil depan langsung meluncur aja gitu, ga tau deh sempet ijo apa kga tu lampunya. Gue yang emang punya mental supir bajaj, reflek ngikutin doi. Gue pun tancep gas, namun....ragu2 Icuk Sugiarto...gue ngerem lagi karena mobil motor yang bersimpangan ma gue pada tancep gas juga. Alhasil gue setop dengan suksesnya di tengah jalan. Menyadari ada yang ga beres, gue beringsut2 mundur. Eeh si Bapak Pulisi yang sok ganteng, manggil2 dari balik semak2 (abis ngapain pak di semak2). Haaa....ditilang lagi? (pasalnya taun ini gue kena tilang mulu, udah 4x). Si bapak, nyamperin gue minta diajak ngomong. Gue udah empet banget liat gaya sok ganteng sok kerennya ntuh. Dengan males, gue pasang tampang kecut (kaya abis makan jeruk nipis) dan buka kaca.


"Tadi saya ngikutin mobil depan pak!"

"Anda udah ngelanggar lampu merah mbak"

"Lah, mobil depan ga ditangkep?!"

"Dia udah keburu kabur, lagian dia lewat pas lampunya kuning. Mbak pas lampunya merah"

Ngok, gue diem.


Karena di dindin mobil2 belakang, si bapak ngajakin gue menepi (ya oloh serem bener, untung ga diajak balik ke semak2). Nah ada kesempatan, gue langsung ngeluarin dompet, n ngecek gue punya duit brapa. Pas gue intip2, ya amplop cuma 42 rebu, masih dirampok juga. Gue umpetin separohnya.


Setelah menepi, doi nyamperin gue lagi "License and registration please". Kasih daahh. Doi plototin d tuh SIM gue dengan potonya yang ancur, kaya mayat bengkak gara2 tenggelem 2 hari. Trus dia nanya,
"Dari Solo ya?Solonya sbelah mana?"
Gue mikir, wah primordialisme bisa dimanfaatkan.

"Iya pak dari Solo, dari Bayangkara"

"Bayangkara mananya mbak?"

"Depan tempat pelatihan itu lho pak" (sambil nginget2 rumah eyang gue dimana ya)

"Pelatihan apa? kalo saya dulu skolah di SMK 2. Tau nda?"

Meneketehe pak, kya gue peduli lu skolah dimane. "Wah saya ga tau deh pak"

"Sekarang si namanya udah ganti, Bla bla bla...."


Untuk selanjutnya, gue udah ga dong doi ngomong apa. Gue cuma brusaha pasang tampang nyimak, sedikit ngerutin dahi, n sesekali bilang "He eh". Setelah beberapa menit dengerin doi mengenang masa lalunya, sampelah ke inti dari kejadian ini.UUD (Ujung2 Duit).

"Jadi mau ditilang ga nih?"

"Ya enggalah pak"


Si pulisi sok ngganteng pindah ke sisi kirinya Dora. Ini dia the moment of truth, dia pindah maksutnya biar ga kliatan dia malakin gue. Gue kluarin lah isi dompet gue yang tinggal 22rebu (kan tadi 20rebunya udah gue umpetin).

"Tinggal segini pak. Saia blon gajian".

"Ya udah deh, ga papa. Saya rela. Abis tadi disuruh atasan saya nilang mbak"

Gue jembrengin tu sepuluh ribuan dua biji, and dua rebuan dua biji. "Semua pak?"

"Ya yang receh untuk mbak aja deh".

Duasar pulisi nda tau diri, gue cuma dikasi recehan. "Iya deeehhh"

"Dilipetin dong duitnya"

Masyaoloh ni pulisi,banyak maunye ye."Baiklaahh"

"Ok, jangan di ulang lagi ya mbak. I'll see u around"

"Yeeee..."


Ya amplop, gue kurang sedekah kali ye. Udah sengaja bawa bekel dari rumah, biar ga usah kluar duit makan, lha....malah diembat pulisi. Nasyip...


Minggu, 22 Maret 2009

Writin bout Nothin

Hidup orang kga bisa diprediksi ya. Kita maunya gini, eh jadinya gitu. Kadang lebih baik dari yang kita pengenin, kadang pret cuih. Gue sampe di titik "what's the point of planning everything", toh plan gue ga ada yang kelakon. Soale selama ini, gue adalah orang hampir selalu punya plan. Tapi gue pernah bener2 ga punya, dan itu bikin gue ngerasa ngawang2. Sebenernya gue mau ngapain si, gue mau jadi apa si, apa yang sebenernya gue pengenin si, nama gue sapa si (nah ini lebay). Ketika ini terjadi, gue mulai underestimate diri sendiri, karena itu gue harus slalu punya PLAN.

Should i go, should i stay. Should i continue my work, should i resign. Should i go with dad, should i go with sist. Should i say yes, should i say no. Bener quote 'Life is about choosing'. Tapiiiii that's not entirely true. Karena tiap manusia ga pernah bisa memilih dengan bebas, itu menurut gue lho. Silahkan dibantah klo nda stubuh. Jadi CHOOSING adalah yang sebenernya define who we are.

Gue memang slalu berusaha untuk punya plan, tapi gue ga bisa merencanakan sesuatu yang jangka panjang. Misal, gue pengen nerusin skolah gue jurusan komunikasi lagi, atau media, sekitar itu lah (abis mo nerusin psiko, rada susah si). And then what? gue mo kerja jadi apa, how the hell should i know. Bisanya mikir bertahap (give me a break, im not a genius). Hal ini berhubungan dengan mesin kecerdasan gue yang termasuk 'sensing'.

Tiap orang punya mesin kecerdasan sendiri2, yaitu STIF (Sensing, Thingking,Intuiting,Feeling). Nah teori ini menarik, so google aja keywordnya 'mesin kecerdasan kubik leadership'. Eniwei, gue termasuk sensing yang memang rada lack of vision. Seperti yang gue bilang tadi, cuma bisa merencanakan yang ada di depannya aja. Rasional dan mengandalkan panca indera dalam desicion making. That's me.

Rasional, mungkin bagus. Tapi menurut gue malah kurang punya angan2. Eistein ga akan bisa jadi ilmuwan legendaris, klo dia orang sensing. Watt, Pasteur, Newton, Wright brothers, and sederet ilmuwan-ilmuwan lain, ga mungkin orang sensing. Orang-orang ini pasti otaknya penuh dengan visi, selain rumus2 goib itu. Padahal VISION itu penting untuk tahu apakah kita udah di jalur yang tepat, menjadi apa yang kita mau.

Hmm....what the hell am i talking about? Beats me. *shrug

Sabtu, 21 Maret 2009

Pipit dan Perkutut




Terdengar suara siulan ….
Kulihat Nyonyaku sedang bersiul-siul di hadapanku, mencoba untuk membuatku memperdengarkan dengkuran ku. Aku memang berharga untuk Nyonyaku karena ia suka mendengar dengkuran khas ku itu. Karena itu pun dia rela membeli dari Tuanku yang mengajariku untuk mendengkur.

Hari-hariku hampir sama setiap harinya. Setiap pagi,aku dijemur oleh Nyonyaku di bawah sinaran matahari, supaya aku tak kedinginan setelah terkena angin malam hari sebelumnya. Semua makanan dan minuman telah tersedia di dalam tempat dimana aku disangkarkan. Tak perlu aku khawatir dan bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan badaniahku. Nyonyaku menyediakan waktunya untuk memperhatikan supaya aku senang dan rajin mendengkur. Aku harusnya bersyukur, banyak burung-burung lain yang iri padaku. Tapi kebutuhan seekor mahluk hidup ternyata tidak hanya sebatas kemakmuran badaniah saja. Mengapa aku justru iri pada Si Pipit yang sering terbang di sekelilingku, dan mampir sebentar menclok di sangkarku untuk memakan sisa-sisa makanan yang berjatuhan.

“Hi Pit, apa kabar hari ini, kurkur”
“Hi Tut, kabar baik. Aku numpang makan lagi ya, susah untuk mencari makanan seenak punyamu ini”.
“Silahkan Pipit, temanku. Krrrr kalau aku bisa, akan kuberikan makanan di tempat makanku, bukan ceceran makanan di dasar sangkar, kurkur”
“Ah tak apa-apa teman ku Utut. Aku sudah bersyukur bisa mencicipi kenikmatan makananmu ini”

“Kemana saja kamu kemarin-kemarin? Kurrr mengapa jua baru menampakkan paruhmu hari ini? Aku tak punya teman mengobrol”
“Iya maaf Utut, aku bepergian dengan kawananku. Kami mengunjungi tempat baru di tengah kota. Tempatnya luas, dan banyak manusia makan di bawah pepohonan rindang. Sisa-sisa makanan mereka pun melimpah. Suasananya sungguh menyenangkan”
“Aku iri padamu. Kamu bisa melihat dunia. Sedangkan duniaku hanya di sangkarku ini. Sayapku sudah kaku karena jarang dilebarkan. Aku tak ingat lagi kapan terakhir aku mengepakkan mereka”.

Si Pipit terdiam melihat sahabatnya yang meratapi nasibnya.

“Utut, setiap mahluk punya takdirnya sendiri-sendiri, kita cuma bisa menjalani sebaik-baiknya. Aku memang bisa melihat dunia, tapi hidupku tidak seenak yang kau kira. Aku hanya pipit yang tidak istimewa dan tidak diindahkan manusia, tidak seperti kamu yang dipuja-puja. Aku harus bersaing dengan pipit-pipit lain untuk bertahan hidup, tak jarang aku kelaparan karena kalah bersaing. Sedangkan kamu bisa mendapatkan semuanya tanpa harus bersusah payah, hanya dengkuranmu itu yang diharapkan Nyonyamu”.

“Iya Pit, aku tahu harusnya aku bersyukur. Tapi aku juga ingin melihat dunia, memperkaya wawasanku. Aku ingin melihat banyak hal, tak hanya pandangan yang dibatasi sangkarku ini saja”.

“Aku malah ingin sepertimu, aku lelah harus bersaing setiap hari hanya untuk mengenyangkan tembolokku. Aku ingin dipuja manusia, sehingga semua kebutuhanku terpenuhi. Aku ingin jadi burung yang dianggap istimewa. Aku ingin kicauanku dianggap berharga”.

Pipit dan Perkutut pun terdiam, dan saling berpandangan. Lalu mereka pun tergelak.
“Hahahahaha kurrr kurrr ternyata kita mahluk yang tak kenal arti kata bersyukur ya. Kita selalu mendambakan hidup mahluk lain. Seperti kata Nyonyaku, Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. “
“Iya ya, aku menginginkan hidupmu, kau menginginkan hidupku. Sungguh lucu, mungkin ironis. Mengapa ya mahluk Tuhan seperti kita ini tak pernah bersyukur.”
“Kalau dipikir lagi, mengapa Tuhan menciptakan mahluknya berbeda-beda? Mungkin supaya kita semua bisa saling berbagi cerita dan pengetahuan, dan akhirnya dari situ kita bisa merasa ‘kaya’ ”.

Pipit dan perkutut bertukar pandang dan tesenyum. Pipit pun mengucapkan terima kasih, dan pamit pada Perkutut. Mereka pun kembali menjalani hari-harinya, dan tidak lupa untuk mensyukuri apa yang mereka punya.

note: mendengkur as in suara perkutut, bukan ngorok

Senin, 16 Maret 2009

Marketan

Pernah ga lo dibilang gini "Eh lo tuh mirip temen gue deh", atau "Lo sodaranya si anu ya?", atau "Eh Rani, apa kabar?", atau "Senior gue ada yang mirip elu deh, tapi versi tingginya". Tinggal gue yang bengong. Itu masih mending, pernah dong gue dibilang gini ma temen gue yg rada durhaka, "Ry, lo mirip pembokat gue deh, asli!". Kutu. Baru aja ni pas solat, temen gue bilang "Lo mirip sama banyak temen gue deh". Gue yang lagi suntuk n asli ngantuk banget, cuma bs jawab lemes, "udah banyak yang bilang gitu".

Emang susah ya punya tampang mediocre, yang ternyata marketan alias pasaran. Berasa kurang spesial, krn muke lu banyak potokopiannya. Dalem juga ya klo one day gue diputusin pacar (entah sapa itu), trus dia nyanyi gini " i could have another u in a minute, so don't u ever for a second get to thinking ure irreplaceable". Niru2 gaya mbak Beyonce nyanyi. Saat ada orang yg ngomong gitu ke gue, pasti gue percaya. Duile sedih bener lu Ry...

But look at the bright side. Kalo one day gue jadi presiden, ato orang penting lainnya, stuntnya banyak. Aman deh dari para pembunuh bayaran yang berkeliaran di luar sana bunuhin orang2 penting macam direktur PT. Asaba, Jaksa Agung, ma Direktur BUMN Nasrudin. Wakakaka visinya jauh bener, gpp toh cita-cita jadi orang penting. Penting gimana dulu, OB juga penting kali Ry.

Posthink aja deh. Klo muke lo marketan, berarti type muke favorit yang dipake Tuhan untuk dikasi hamba2nya, wakakakkaka!Then again, istimewa ato engga kan tergantung sama orangnya bersangkutan, gimana dia liat dirinya sendiri. Gue merasa gue pribadi yang istimewa, brati gue istimewa :D

Ritual Saban Pagi

Saban hari setiap orang pasti punya ritual paginya. Nah, ritual pagi gue sejak 2 minggu yang lalu, which is sejak gue kerja, adalah bangun kaget-kaget. Minggu pertama si masih sukses bangun jam 5, begitu wake up call gue yang berjumlah 2 biji triak2 (klo 1 ga ngaruh, red), gue langsung melek dan bersemangat jalanin hari (taelaa). Tapi jangan seneng dulu, seminggu terakhir dimana gue mulai lelah bangun pagi, mulai deh tu weker 2 biji gue cuekin. Kayak pasutri udah mo cerai (analogi yang aneh Ry). Lebih dari setengah jam si dynamic duo berkoar, baru deh sayup2 kedengeran. Alhasil gue baru bangun kaget jam 530, langsung loncat dari peraduan gue, ngibrit mandi, tidak lupa menggosok gigi, baru subuhan.

Abis pake kostum n dandan dikit (wekekekekk...), baru d turun. Nah malangnya, klo bangun jam sgitu, mana sempat daku sarapan, he eh mana sempat (kya iklan energen cereal,red). Jadinya buru2 gue noletin madu dan sele kacang (bukan madu dan racun) ke 2 lembar roti gandum, untuk dibawa ngantor, mantaap.

Setelah semua ready set, tinggal nungguin ade gue siap. Biasanya gue siap lebih dulu, soale klo dia siap duluan, brisik aja buru2in gue. Nganterin ade semata wayang gue emang termasuk dalam ritual pagi. Dia kan masuk jam 630, gue 700. Berhubung doi anak cowo yang cukup manja karena emang dimanja nyokap, alhasil saban hari doi mesti dianterin naek mobil. Perasaan dulu gue ngangkot plus jalan kaki mulu deh (nasyip2). Setelah doi siap, langsung capcus, ampe kadang ga sempet manasin mobil yang gue namain si Dora the explorer. Kasian Dora...

Di jalan menuju skolahan, ritualnya adalah nyetel radio keras2 plus nyanyi. Selaen bkin semangat, supaya ga ngantuk juga. Sedangkan ade gue, bobo lagi, pake ngorok dengan volume maksimal pula. Felt like i wanna do sumthin with his throat, huh. Nah saat2 bgini gue ngiri abis, huhuhu pengen bobo lagiii. Suara gue yang sember2 gimanaaa gitu, pun ga mampu bangunin dia.
Nyampe prapatan deket skolahan doi, nungguin lampu merah yang luamaaaa be'eng. Nah ini dia dimana godaan untuk kembali ke alam mimpi mencapai klimaksnya. Merem2 deh gue, ampe di klakson mobil2 blakang. Begitu lampu ijo, gue toel2 si ade yang gue udah gemes pengen menghentikan dengkurannya yang membahana dalem si Dora. Gue brenti sebentar nurunin dia, nah saat2 ini pasti d ribet.com. Dia langsung mo keluar Dora, tanpa negakin jok kursinya. Gue sebel klo things don't go like i want them to be, dan biasanya gue ngingetin dia untuk negakin jok dulu sebelum keluar. And jangan lupa cium2 dulu, tapi biasanya gue liat kondisi rambutnya dia, klo berminyak, ritual itu di skip. Pasalnya tu anak jorok tenan, males keramas. Kasian babe gue yang suka di tebengin tidur, ampe babe ga bs bobo gara2 kebauan. Trus keribetan berlanjut, pas dia ngambil tas, payung, jaket, topi, bekal, dll, dsb. Duile dek dek.

Hahhh.....alone at last. Radio makin gue gedein aja, volume dan tingkat kesemberan suara gue dimaksimalin. Tadi pagi nyetel Miss Independentnya Neyo, jarang2 gue nyetel RnB, tp ni lagu asik banget. Sayangnya ngingetin gue ma Si Cunguk (panggilan gue ma Ami) alias B1 (panggilan Fe) , pasalnya dia pernah pasang lagu ini di fs-nya. Ga papa deh, brusaha ga inget2 dia ajah.

Sampe lah di kantor. Bilang met pagi ke penjaga karcis, baru deh masuk basement menuju spot favorit gue. Abis parkir, ganti sendal ke heels (yes, im wearing heels), turun deh. Ke lobi, nae lift yang slalu bkin kuping gue budeg, pencet 21, and wait. Ting! lantai 21, that's me. Nyampe ke cubicle gue yang cukup nyaman, duduk, ganti heels jadi sendal jepit lagi, sarapan deh sambil nyusu milo. Enyak enyak enyak...

Jumat, 13 Maret 2009

Friday The 13th

hhh.....(sigh), gue mati gaya, ga pake 3 si (kya iklan provider,red). Tadi gue makan siang sendirian lagi, padahal udah janjian makan bareng ma anak2 lantai 19. Eeeh gara2 weekly report yang udah gue cicil translate dari hari selasa, harus stay dulu d kantor. Bujut dah, eike bt. Padahal tinggal nungguin laporan angka2 ajaib (entah angka2 apa itu), 2 baris doang. Gini deh klo kerja kebagian urutan paling terakhir, nungguin die kelar dulu, baru bisa dikerjain. Klo diibaratin lari estapet, gue pelari paling blakang. Ampe lumutan nungguin tu tongkat estapet nyampe ke gue. Alhasil jalan lah gue ke blakang kantor cari makanan, sendiri lagiii....seperti dahuluu....tanpa dirimuu...di sisi ku... (lagu jaman dulu, red). Cari tempat yang sepi, lg males berramah tamah si. Tempat gado2 yang biasa penuh, jadi cari yang agak jauh. Teteup...gado2 lagi. Pesen ma ibunya, tingkat kepedesannya intermediate aja. Lha, ko bikin congor gue megap2 kepedesan. Kebetulan kmaren baru bli dunhil. Yodah dikonsumsi d. Niat cuma 1 batang aja, eeh ko ngebul2nya ampe 5 episode. Gara2 kejebak ujan si (ujan disalahin).

Ujan2 kejebak ujan di warung, sendirian lagi. Udah sok2an kya video klip, bengong liatin ujan. Klo udah gitu, hampir bisa dipastiin perasaan hampa yang luar biasa menyergap. Plus baru dinasehatin temen gue, perihal mencari 'teman dekat'. Bikin tambah hampa aje nasehatnye.

Ngomongin soal perasaan hampa, apa perasaan itu ada kaitannya ama umur y? apa iya makin sepuh, makin sering ngerasa hampa? Klo dari pengalaman pribadi si, begitulah. Sejak kuliah taun2 terakhir, makin sering aja gue merasa 'sendiri'. Tapi kalau jaman kuliah, pelepasannya (emang boker) dengan menyibukkan diri olah raga n organisasi. Waktu itu gue bisa olah raga saban hari, ya berenang, joging, basket, untuk menyingkirkan rasa itu. Kalo sekarang? bangun subuh aja udah untung, boro2 olah raga. Makin binun aja gue gimana caranya mengisi relung-relung yang kosong itu (halah, bahasanyaa). Larinya ke rokok, sperti kbanyakan orang. Padahal pajak rokok mau dinaekin, makin bokek aja gue.

BTW, ni jam brapa si? hari ini kerasa lamaaa be'eng. Eh ternyata eh ternyata, udah 4 kurang 5. Yes!pulang ah...

Kamis, 12 Maret 2009

Dunia Kerja?


Dunia kerja itu memang ajaib. Gue adalah seorang ABK (anak baru kerja), setelah kuliah lebih lama daripada temen2 seumuran gue, finally bergabung juga dengan jutaan buruh2 pekerja di Jakarta. Dengan masuknya gue ke dalam salah satu perusahaan minyak asing, gue officially berubah wujud jadi mba2 kantoran (krik...krik...so lame). Yang kerjaannya di depan komputer plotot2an ma excel dan word. Pasalnya my dream job adalah yang mobile, dinamis dan ketemu banyak orang. Gue nyesel setengah mamfus udah ngundurin diri dari seleksi jadi fotografer sebuah surat kabar bhs inggris. Padahal udah sampe 3 besar. Pas gue telpon HRDnya mo ngundurin diri, doi bilang "padahal kans kamu untuk diterima lumayan lho". Terhenyak gue digituin, tapi yaaa gimanah...

Pertimbangan gue ngundurin diri adalah:
1. udah diterima di kantor gue sekarang
2. supaya temen gue yg ga lolos seleksi, bs ngisi tempat gue, sehingga ada kesempatan kedua baginya (kenyataannya ga gitu)
3. gue menyadari, klo gue jadi fotografer koran harian, gue akan berubah!!(kya ksatria baja item) jadi B (utch). Apa hubungannya Ry? oh banyak. Gue pasti akan berpenampilan sefungsional mungkin. Wartawan getu loh, motret lg. Panas2an dll, masa pake rok, ooh no...

Yah, tp penyesalan emang dateng blakangan ya. Setelah ngerasain 2 minggu jadi mba2 kantor, ohooo saia rela deh menghitam panas2an ngejar brita. Wkakakakaka!dasar plin-plan.

Eniwei, balik lagi mo bahas bagaimana seorang insan yang menganggap dirinya mahasiswa abadi (kuliahnya lama,red), dalam menghadapi dunia kerja. Temen2 gue yang udah pada kerja duluan suka berfatwa pada gue, "Ry, lo nikmatin aja dah kuliah, kerja ndak enak". Gue waktu itu ga percaya, karena tergiur dengan duit2 yang mengucur ke rekening tiap bulannya. Kini mata gue terbuka, emang ndak enak (kasi kucing aja klo ga enak).

Ada 1 hal yang bikin gue eneg bgt dalam dunia kerja...yaitu politiknya. Kmaren seorang kolega gue di kantor Mas Y, membeberkan beberapa obstacles yang harus gue hadapi. Dari mulai disuruh ngerjain kerjaan sang senior (padahal kerjaan gue udah menggunung tiap harinya), etnisitas yang ternyata memegang peran penting dalam kesuksesan karir, kesempatan pergi dinas yang didominasi oleh 1 orang. Singkong lembek, tape deeh.

Mas Y juga berfatwa ke gue, "Ry, dunia kerja itu emang kayak rimba. Setiap hari kita dateng ke battle ground, dan berjuang deh kamu sendirian". Doi juga nambahin, mau kerja dimana pun, sama aja masalahnya. Jadi gimana pinter2nya kita aja ngadepinnya. Berasa pengen kuliah lagi deh, haahhh those good ol' days....(sambil ngebayangin masa2 kejayaan gue pas kuliah).

Baiklah Mas Y, saia akan berjuang....demi sesuap nasi dan segenggam berlian. Moga2 Tuhan memberkati. (ayo sama-sama!) AMIIINNN...

Rabu, 11 Maret 2009

Prolog

ehem, ehem clearing my throat dulu (perasaan nulis ga pake tenggorokan deh),
Akhirnya gue tersedot juga dalam pusaran orang-orang yang keranjingan ngeblog. Jujurly, gue emang males nulis, n ngerasa ga jago nulis. Secara pengalaman nulis gue cukup menyedihkan, yaitu: (dirunut mulai pengalaman waktu masi lucu2nya dulu)

SD kelas 1-3 : nulis puisi, tapi bisanya puisi tentang 'Ibu' (jieh, berbakti pada orang tua banget kayanya). Padahal mak gue galak orangnya, ga mirip ma di puisi gue (loh, gue nulis tentang maknya sapa neh). Love u Mom =D

SD kelas 5/6 : punya diari, ngikutin perkembangan anak2 SD jaman dulu yang keranjingan punya diari. Trus diedar2in ke temen2, suruh ngisi biodata (hobi, bintang, makanan favorit). Ga penting, dasar bocah.

SMP : stop nulis, lebih konsen ma bikin macem2 pemikiran scientific di otak gue. Hmm....sulit dpercaya ya. Secara gedenya bloon gini. Eh but it's true, gue pas jaman ini mikirnya bikin macem2 yg berbau mekanik, fisika dll. Misal gue bikin kapal selem pake botol aqua, n mikir keras gimana bikin ni botol aqua tenggelem n bs nongol sendiri. And of course i didn't succeed, wekekeke. Contoh laen, gue paling suka pelajaran elektro yang kerjaannya bikin alat2 geje. Waktu itu suruh bikin lampu merah kuning ijo, seneng banget gue bikinnya. Begitu jadi, gue pasang di blakang jok sepeda gue (biar klo sepedaan malem2 ga ditabrak mobil).

SMA : boro2 nulis. Ngeliat fenomena temen gue yang diarinya dibaca orang laen, ktauan semua deh. Mo mamfus ga seh. Belajar dari pengalaman doi, punya diari = bunuh diri.

Kuliah : nulis lagi. Bukan karena panggilan hati, tapi karena patah hati...krik..krik. Wakakakak! jadi nulisnya ga jauh2 dari yang gloomy2. Sampe gue buat buku khusus untuk purpose itu. Sampulnya kertas daur ulang warna coklat yang dengan susah payah gue bakar pinggir2nya pake DjiSamSoe (gue blom ngeroko waktu itu, bweks asepnya!). And dalemnya gue kasi pas foto gue, wakakaka narsis ga nahan.

Kerja : coba ngeblog (dat's what i'm doin now). Atas usulan Nv yang sering nyuekin gara2 sibuk ngeblog, bikin penasaran akan kemampuan menulis diri sendiri, nurut dah akhirnya.

Tuhkan, pengalaman nulis minimalis (ga cuma interior yang minimalis). So we'll see apakah blog ini akan berlanjut, ato diriku tetap lebih memilih berfoto ria.

cheerio,
-amatory-